Saturday, November 26, 2022

Apa kabar 5 tahun terakhir?

Setelah hampir 5 tahun saya berhenti menulis blog, dan akhirnya baru2 ini menulis Review Doraemon Story of Seasons Friends of The Great Kingdom, saya jadi terpikirkan untuk kembali menulis. Walaupun saya tidak bisa menjanjikan berapa lama niat ini bertahan, tapi setidaknya untuk saat ini, mumpung saya lagi bersemangat, saya akan mencoba menulis sebanyak2nya. 

Sebenarnya saya juga lupa, kenapa dulu saya berhenti menulis. Tapi mungkin karena kesibukan, dan banyaknya hal yang terjadi, sehingga akhirnya saya tidak sempat lagi merangkai kata untuk menulis di blog. Trus, apa aja sih yang terjadi selama hampir 5 tahun vakum dari blogger? Banyak... Hehehe.. Ada beberapa kejadian besar dalam hidup saya dalam 5 tahun terakhir, mulai dari yang menyenangkan sampai yang menyedihkan.

Momen besar pertama sejak terakhir saya menulis di blog terjadi di akhir tahun 2018, tepatnya menjelang Natal 2018. Saat itu Ayah saya meninggal dunia karena kanker yang dideritanya. Sebenernya Ayah saya udah terdiagnosa kanker sejak awal tahun, dan sempat menjalani operasi. Namun setelah operasi, Ayah saya belum sempat menjalani kemoterapi karena kondisi ginjalnya yang kurang baik. Ayah saya adalah perokok aktif, dan bisa minum kopi sampai 5 cangkir sehari. Sayangnya, beberapa bulan kemudian kondisinya drop, dan di hari Jumat di akhir tahun 2018 Ayah saya meninggalkan kami untuk selamanya.

Momen besar selanjutnya terjadi saat pandemi Covid-19 melanda di awal tahun 2020. Saat itu adalah sebuah titik balik di hidup saya, dimana saya mulai berolahraga, dan mengatur pola makan saya untuk hidup lebih sehat dan, tentu saja, menurunkan berat badan. Saya yang sebelumnya suka sekali dengan keju2an dan mager tingkat dewa, mulai membiasakan diri bangun pagi, dan berolahraga. Saat itu saya masih meraba2 olahraga apa yang cocok untuk saya, yang saya merasa enjoy menjalaninya, dan juga pola makan seperti apa yang cocok untuk saya. Jadi kalau ada yang udah lama ga ketemu saya, dan kaget melihat perubahan saya. Yaa, inilah momen awal mulanya 😁

Momen besar berikutnya masih dalam periode awal pandemi, tepatnya sekitar 2 bulan setelah saya mulai menjalankan gaya hidup (yang lebih) sehat. Saat itu saya akhirnya mendapatkan rumah impian sekaligus rumah pertama saya. Ini adalah rumah yang sebenernya sudah saya incar sejak lama tapi udah sold out. Jadi ini adalah salah satu kota mandiri yang sedang dikembangkan oleh developer yang cukup ternama di Tangsel. Model rumahnya cluster gitu dengan lingkungan yang kelihatannya cukup nyaman. Sebenernya saya udah mengincar rumah di cluster tersebut sejak 1 tahun sebelumnya ketika baru launching, tapi saat itu uang saya belum cukup. Ketika uangnya terkumpul 1 tahun kemudian, ternyata rumahnya udah sold out. Padahal rumah tersebut indent, baru serah terima 2 tahun setelah launching. Saya sempat melihat2 rumah lain, tapi terus terang ga ada yang nyangkut di hati. Namun ketika pandemi, saya justru dikabarin oleh marketingnya, kalau ada unit yang cancel. Mungkin karena pandemi, dan saat itu lockdown dimana2, beberapa orang membatalkan pesanan unitnya. Setelah saya lihat, ternyata unit yang di-cancel adalah tipe yang memang saya incar, dan posisinya rumahnyapun menurut saya strategis, tidak terlalu jauh dari gerbang cluster. Saya sendiri suka dengan rumah ini karena terkesan modern, dan denahnya yang menurut saya bagus, ada halaman belakang walaupun mungil, kamar mandi tidak terlalu kecil, dan semua ruangan termasuk kamar mandi ada jendelanya, yang artinya semua ruangan (kecuali gudang) akan memiliki sirkulasi yang cukup. Untuk ukurannya sendiri pas untuk saya, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Tanpa babibu, akhirnya langsung saya booking, dan proses untuk cicil DP (karena rumahnya indent masih proses pembangunan, dan akan serah terima tahun depan, maka DP bisa dicicil sampai sebelum serah terima). Emang ya, namanya jodoh ga akan kemana 🙂

Setelah momen bahagia mendapatkan rumah impian, di awal tahun 2021 saya kembali dapat momen menyedihkan. Kali ini saya harus kehilangan Oddie (saya pernah menulis tentang Oddie disini). Oddie yang udah berusia 9 tahun, akhirnya harus pergi untuk selama2nya karena sakit. Oddie ini kucing yang selalu menemani saya ketika saya senang dan sedih, dan ketika saya kesepian. Bisa dibilang, Oddie ini ada ketika saya mengalami masa yang sulit di hidup saya. Sebelum Oddie pergi untuk selamanya, 1 bulan terakhir kondisinya emang ga baik. Dia udah harus disuapi makannya, banyak tidur, dan keliatan udah ga bersemangat. Sampai akhirnya dia mulai ga mau makan sama sekali, jadinya saya lebih mirip mencekoki daripada menyuapi. Karena udah ga tega, waktu kondisinya udah drop banget saya sempet mengucapkan terima kasih atas waktu kita bersama, dan kalau Oddie udah lelah, Oddie boleh pergi, saya ikhlas. Setengah jam kemudian Oddie pun pergi. Saya sedih, tentu saja, saya sampai menangis 3 hari 3 malam. Sekarang menulis inipun, saya mewek lagi 😢. Sampai saat ini saya bersyukur sih, waktu itu saya sempet mengucapkan selamat tinggal sambil menciumnya di saat2 terakhirnya. Bukan hanya saya, Sweety pun kelihatan kehilangan sekali, apalagi mereka ini kemana-mana selalu berdua. 

Momen berikutnya ternyata masih momen yang berat untuk saya. 5 bulan setelah kepergian oddie, saya kehilangan juga Tini, kucing saya yang udah berusia 16 tahun. Saya inget banget Tini ini lahir ketika saya kuliah semester2 awal. Bisa dibilang, Tini ini seperti tumbuh bersama saya. Tini harus pergi untuk selama2nya karena sakit. Emang sejak 2 bulan sebelumnya saya sempat merasa ada benjolan di perutnya ketika sedang mengelus2 Tini. Saat itu benjolannya tidak terlalu besar, jadi tidak terlihat karena ketutup bulunya yang lebat. Setelah dibawa ke dokter hewan, ternyata benjolan tersebut adalah kanker payudara. Saya dan ibu saya sempat membawa Tini ke dokter hewan lain untuk second opinion, tapi rupanya dokter lainpun memberikan diagnosa yang sama. Kedua dokter hewan yang kami kunjungi juga tidak menyarankan operasi, mengingat usianya yang sudah cukup tua dan benjolannya yang membesar dengan sangat cepat. 1,5 bulan sejak diagnosa, kondisi Tini mulai drop. Lagi2 saya harus memaksanya makan, seperti Oddie. Rasanya luka saya karena kehilangan Oddie belum kering, sudah dikorek2 lagi. Akhirnya pertengahn tahun 2021, Tini pergi untuk selama2nya 😢

Momen berikutnya terjadi hanya 1 bulan setelah kepergian Tini. Kali ini momennya membahagian untuk saya, sehingga bisa sedikit menghibur kesedihan saya sebelumnya. Ya, rumah saya udah jadi, dan akhirnya saya resmi pindah ke rumah baru.. Yeay! Saya nekat pindahan walaupun rumah masih kosong, belum ada AC, belum ada gorden, hanya bermodalkan kasur, lemari, dan TV. Satu hari setelah pindahan baru saya pasang AC, dan mulai merencanakan pemasangan kitchen set. Sampai saat ini saya masih mencicil mengisi rumah. Ga apa2, pelan aja sesuai kemampuan. Saya memilih membuat nyaman area lantai 2 (kamar2) terlebih dahulu. Lucunya, saya baru pasang gorden 1 tahun setelah pindah rumah. Jadi selama 1 tahun pertama, kalau malam rumah saya seperti aquarium 😂. Untungnya di blok itu baru saya aja yang tinggal, kiri-kanan-depan semua masih kosong belum ditempati, jadi ga perlu takut diintip tetangga. Untuk lantai bawah juga belum ada sofa, dll. Hanya ada meja makan aja. Sementara TV masih dipasang di kamar, karena toh saya banyak memghabiskan waktu di kamar tidur. Mudah2an sih, tahun depan saya bisa mulai mengisi lantai 1. Doain aja nanti bonus tahunannya banyak ya.. Hehhehe..

Hmmm.... flashback  beberapa tahun ke belakang, ternyata perjalanan saya naik turun sekali, seperti rollercoaster. Tapi apapun itu, semua udah jadi takdir. Kalau orang bilang, jodoh, rejeki, dan maut itu udah diatur. Ya itulah yang terjadi dengan saya di periode tersebut, ceritanya seputaran dari maut, rejeki, dan jodoh (jodohnya dengan rumah 😅 ). Kalau kalian, apa kabar di 5 tahun terakhir ini?


Friday, November 18, 2022

Review : Doraemon Story of Seasons Friends of The Great Kingdom (Switch)

Setelah bertahun2 berhenti menulis blog, ntah kesambet apa pagi ini tiba2 kepikiran untuk menulis lagi. Karena 1 minggu terakhir ini saya baru memainkan game baru di Nintendo Switch, jadi mari kita review game baru yang sedang saya mainkan ini, yaitu Doraemon Story of Seasons : Friends of The Great Kingdom. Saya tertarik main game ini karena masa kecil saya diisi dengan game simulation seri Harvest Moon dan tentu saja, kartun Doraemon di RCTI. Kartun yang bisa bikin saya bangun pagi di hari Minggu, padahal biasanya setiap mau sekolah saya susah sekali bangun pagi.

Sebelumnya mungkin ada yang bertanya2, loh memori masa kecilnya dengan game Harvest Moon tapi ko sekarang bahasnya game dari serial Story of Seasons? Apa hubungannya? Oke, gini gini. Jadi game Harvest Moon yang kita kenal dulu, itu game yang dibuat oleh Developer Marvelous, dan didistribusikan oleh Natsume sebagai publisher. Pada tahun 2012, dengan alasan perbedaan visi (klasik sekali 😅) akhirnya Marvelous dan Natsume berpisah. Marvelous melanjutkan seri game tersebut dengan nama Story of Seasons, sementara Natsume sebagai pemegang lisensi judul Harvest Moon juga tidak mau kehilangan pasar, sehingga Natsume memutuskan untuk men-develop sendiri game Harvest Moon dan tetap melanjutkan seri tersebut. Jadi game Harvest Moon yang kita kenal dulu, sekarang bernama Story of Seasons. Lalu bagaimana dengan game berjudul Harvest Moon yang beredar di pasaran sekarang? Well, menurut saya bagaimanapun juga, roh sebuah game itu ada di developer, bukan di publisher. Walaupun Natsume berusaha untuk melanjutkan seri tersebut, tapi tanpa developer aslinya, tentu saja feel-nya akan berbeda. Game Harvest Moon terbaru besutan Natsume, yaitu Harvest Moon : One World mendapat kritik yang sangat tajam. Saya sampai ga tega untuk menulis reviewnya, jadi silakan di-browsing saja 😀

Oke, kembali ke game Doraemon Story of Seasons : Friends of The Great Kingdom. Game ini menceritakan tentang Nobita yang bertengkar dengan ibunya pada saat libur musim panas. Akhirnya Nobita dan Doraemon, beserta kawan-kawannya memutuskan untuk pergi menaiki pesawat luar angkasa menuju sebuah planet asing. Di planet tersebut mereka menemukan seorang anak laki-laki yang terluka. Setelah menolong anak yang kemudian diketahui bernama Lumis, mereka diajak melihat2 lingkungan sekitar yang berada di sebuah kerajaan, dan pada akhirnya mempersilakan Nobita untuk tinggal di farmhouse selama libur musim panas. Long story short, kita akan bermain sebagai Nobita, dan membantu Lumis untuk mengembalikan masa kejayaan farm yang ada di kerajaan tersebut.

Cover game untuk Nintendo Switch


Untuk gameplay-nya sendiri, bagi kalian yang pernah bermain dengan seri Harvest Moon original ataupun seri Story of Seasons, pasti familiar dengan gameplay-nya. Untuk kontrol dan fungsi tombol2nya cukup simple dan user friendly. Untuk sehari-hari kita bisa menghabiskan waktu di farm mengurus tanaman seperti sayuran, buah-buahan, atau bunga, dan mengurus hewan ternak seperti ayam, sapi, domba, llama, bahkan lebah. Kita juga bisa memancing di sungai atau pantai, foraging di hutan, atau menambang di mine. Selain itu juga akan ada to-do list dari Lumis, request dari warga sekitar, dan objective lain sehingga kita tidak pernah kehabisan kerjaan. Kemudian kita juga bisa mendekorasi farm kita dengan dekorasi2 agar unik, dan meng-upload-nya ke internet. Kita juga bisa melihat-lihat farm orang lain untuk mencari inspirasi.

Gameplay dan scenery dalam game.

Yang menarik lagi dari game ini adalah grafiknya yang menurut saya cute. Grafiknya yang seperti lukisan cat air ini mengingatkan saya akan buku2 dongeng. Kolaborasi tema Doraemon ke dalam game farming simulation ini juga cukup pas. Kita akan dibantu dengan gadget2 yang aneh tapi canggih dari Doraemon. Seiring berjalannya waktu, ketika pekerjaan di farm sudah semakin banyak, kita bisa meminta kawan2 Nobita untuk membantu kita seperti menyiram, mamancing, bahkan menambang. AI atau Artificial Intelligence untuk bala bantuan ini menurut saya cukup akurat dan sangat membantu menghemat waktu. Namun apabila kita tidak mau mengandalkan AI (atau "komputer") kita juga bisa meminta bantuan teman kita di dunia nyata dengan mode 2 Player. Yes, asalkan ada 2 controller, kita bisa meminta teman untuk bermain sebagai Doraemon dan membantu kita di farm. Mode ini juga cocok untuk yang punya anak kecil dan sering nimbrung pengen ikutan main. 

Tapi dibalik menariknya game ini secara keseluruhan, ada sedikit yang mengganjal untuk saya, yaitu cutscene yang banyak dan dialog yang panjang2. Di awal game dimana masih banyak perkenalan dengan karakter2 atau warga, cutscene ini cukup banyak dan menghabiskan waktu. Kemudian untuk setiap pertambahan friendship dengan setiap karakter juga akan ada cutscene yang sedikit mengganggu apabila saya sedang melakukan aktivitas tertentu. Apalagi, untuk penambahan hati atau firendship di game ini relatif sangat mudah. Sebagai tambahan juga, ketika pertama bermain, peta denahnya cukup menantang karena tidak menunjukkan jalur2 / jalan, hanya menunjukkan lokasi sehingga agak menyulitkan dalam navigasi. Namun hal ini bukan masalah karena seiring waktu, kita akan hafal diluar kepala untuk jalur2 yang biasa kita lewati.

Peta farm dan sekitarnya.


Kesimpulannya untuk game ini cukup menarik bagi saya. Kolaborasi tema Doraemon dan farming simulation cukup apik dan pas, salah satunya adalah dengan menambahkan alat-alat ajaib khas Doraemon yang akan membantu kita dalam aktivitas sehari-hari. Game ini juga cukup menyenangkan dan santai, pace-nya bisa disesuaikan dengan masing2 pemain. Mengingat genre-nya adalah simulasi, tentu permainannya sehari-harinya cukup repetitif, tapi to-do list / objective yang harus dilakukan cukup membantu memberikan arah ketika kita bingung mau ngapain.

Bagi yang tertarik untuk memainkannya, game Doraemon Story of Seasons : Friends of The Great Kingdom ini rilis pada tanggal 4 November 2022 di Indonesia, dan tersedia dalam versi Nintendo Switch, Windows, dan Playstation 5. Saya sendiri memainkan game ini di Nintendo Switch. Saya memainkan game region Asia edisi pre-order yang di dalamnya ada bonus asesoris seperti kostum, furniture, dan juga benih. Dalam region ini sudah tersedia subtitle bahasa Indonesia juga lho. Berikut cuplikan trailer resminya, barangkali bisa jadi pertimbangan bagi kamu yang tertarik untuk memainkannya. Cheers :)



Monday, April 24, 2017

Review : Horizon Zero Dawn (PS4)

Setelah biasa2nya saya selalu telat mainin sebuah judul games karena kesibukan, akhirnya saya ngerasain juga mainin game yang masih banyak dicari orang. Yup, setelah berbulan2 galau milih antara upgrade PC atau beli console, akhirnya saya memutuskan untuk beli console aja. Pilihan saya jatuh ke PS4 karena pertimbangan game2 ekslusif-nya yang lebih menarik bagi saya ketimbang Xbox yang biasanya game2nya keluar juga di PC Windows.
Niat awalnya sih mau beli PS4 di pertengahan tahun ini, tapi setelah denger info tentang game Horizon Zero Dawn yang rilis di bulan Maret, saya jadi kebelet untuk buru2 beli PS4 saat itu juga. Buat saya godaan game yang merupakan game ekslusif PS4 ini lebih dahsyat daripada iklan sirop di bulan puasa. Gimana engga, game Horizon ini men-cover semua yang suka dari sebuah game. Game Action adventure dengan konsep open world, gameplay yang ga ngebosenin, dengan bonus grafik yang menarik. Bahkan beberapa situs games besar ngasih review yang positif dan skor yang lumayan tinggi. Bisa dibilang, game besutan Guerilla Games ini over expectation, terutama untuk ukuran seri game baru. Maklumlah, buat saya mengeluarkan uang sebesar Rp 650.000 untuk sebuah game bukan perkara mudah, saya harus memastikan kalau game yang mau saya beli ini bener2 worth it :D

Suasana dunia dalam game ini cukup menarik, kombinasi dari mesin2 berwujud hewan, manusia yang terbagi dalam beberapa tribe, dan gedung2 tinggi yang udah jadi reruntuhan. Semua itu bikin kita bertanya2, kenapa ada mesin2 canggih di tengah2 kehidupan manusia yang primitif. DI satu sisi mesin2 tersebut canggih sehingga memiliki pemikiran dan naluri masing2, tetapi di sisi lain manusia menggunakan tombak kayu dan panah untuk berburu dan mendewakan matahari dan benda2 peninggalan jaman dulu. Teka-teki inilah yang menjadi inti dari cerita dalam game ini, termasuk karakter yang akan kita mainkan yang ternyata menjadi salah satu kunci misteri tersebut.

Horizon Zero Dawn, dari playstation.com

Dalam game Horizon kita bermain sebagai Aloy, seorang anak perempuan yang ga diakui oleh sukunya karena ga punya ibu dan tumbuh sebagai outcast. Aloy diasuh oleh seorang outcast juga bernama Rost. Nah si om Rost inilah yang mengajarkan Aloy cara bertahan hidup diantara para mesin dan ngasih jalan untuk mencari tau tentang jati dirinya. Di awal game kita bakalan memainkan tokoh Aloy kecil sebagai tutorial sekaligus menceritakan latar belakang si Aloy. Setelah tahap tutorial ini barulah muncul cut scene yang ngeliatin perkembangan si neng Aloy sampai remaja. Setelah neng Aloy remaja inilah kita mulai permainan yang sebenarnya dimana kita bisa free roam di area yang udah di-unlock dan nyoba berbagai senjata yang unik. Untuk ceritanya sendiri, berawal dari Aloy yang mempertanyakan mengapa dia dijadikan outcast karena ga punya ibu, dan siapa ibunya sebenarnya. Niat awal Aloy yang mau mencari tau tentang jati dirinya, berkembang jadi lebih dalam dan luas, sampai berhbungan dengan pertanyaan kenapa ada mesin dimana2 dan kemana peradaban manusia sebelumnya. Bisa ditebak alur cerita berkembang karena tenyata Aloy ini emang bukan orang sembarangan. Cerita yang penuh teka-teki ini bikin kita menebak2 dan ngikutin setiap ceritanya.

Gameplay game Horizon sangat menarik. Untuk yang suka dengan gaya permainan stealth kaya saya, kita beneran dimanjakan dengan fitur2nya. Selain panah dan tombak sebagai senjata utama, kita juga bisa bermain strategi dengan memasang berbagai jenis trap, sembunyi di rerumputan ataupun manjat2 ke tempat tinggi untuk melancarkan silent attack. Sudut pandang game ini adalah third person, dan mungkin buat yang pernah main Assassin Creed bisa ngerasain sedikit aroma2 gaya bermain stealth-nya. Game ini mapnya ga terlalu besar dan cerita utamanya juga ga terlalu panjang. Untuk ngejalanin semua misi dan sampai dapetin trophy platinum, saya hanya butuh waktu sekitar 60 jam aja. Untungnya misi2 dalam game ini bagi saya ga membosankan, make every second worth it :D

Gameplay Horizon Zero Dawn

Dari segi grafis, game ini oke banget. Saya sendiri sebenernya tipe yang lebih mementingkan gameplay dan cerita, tapi dapat game dengan grafis bagus jadi bonus besar buat saya. Grafisnya mengagumkan karena grafis dalam cut scene hampir sama bagusnya dengan grafis dalam gamenya. Apalagi game ini disiapkan untuk memaksimalkan fitur di PS4 pro, bisa dibayangin gambarnya bakalan mulus dan tajam, walaupun spec TV juga ada pengaruhnya. Saya juga kagum dengan detail gamenya, kaya rumput dan rambut karakter yang melambai per helai sesuai arah angin, dan baju yang dipake juga melambai sesuai dengan gerakan karakternya. Saya pribadi suka banget sama detail dalam cut scene. Dalam cut scene karakter kita akan muncul menggunakan baju yang sesuai dengan baju yang sedang kita pakaikan saat itu. Untuk background-nya pun menyesuaikan dengan keadaan saat itu, misalnya kalau saya lagi "parkir" tunggangan saya, ya dia bakalan kebawa sebagai background pas cut scene itu. Keren :D 

Trailer Horizon Zero Dawn

Sayangnya, sama kaya manusia, ga ada game yang sempurna. Bagi saya dan yang pasti bagi para pemain yang punya kecenderungan OCD mungkin bakalan rada terganggu sama final-nya. Tapi selain dari itu game ini oke banget untuk saya, saya juga ga nemu bug atau glitch yang berarti sih. Saya berani deh merekomendasikan game ini buat temen2 yang punya PS4. Tapi saya tetep mneyarankan nonton dulu sedikit bocoran gameplay-nya di Youtube an cari2 info sebelum beli, karena gimanapun juga semua balik ke selera masing2. 

Selamat bermain :)


Friday, March 17, 2017

Kampung Vietnam di Batam

Waktu jalan2 ke Batam saya membulatkan tekad untuk mengunjungi salah satu tempat wisata yang bernama Kampung Vietnam. Kampung Vietnam atau yang dikenal juga dengan sebutan Eks Kamp Sinam (singkatan dari Pengungsi Vietnam) ini ceritanya adalah sebuah perkampungan yang menjadi tempat penampungan pengungsi Vietnam sekitar tahun 1975 sampai dengan tahun 1996. Letaknya ada di Pulau Galang, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Pulau Batam. Daerah sekitar tempat wisata ini tergolong sepi, boro2 ada warung, nyari angkutan aja susah. Untuk masuk ke dalamnya juga masih lumayan jauh, jadi kalau mau wisata sejarah ke tempat ini sebaiknya emang bawa kendaraan sendiri sih.
Untuk masuk ke area Kampung vietnam ini kita dikenakan biaya masuk Rp 5.000/orang dan Rp 10.000 untuk mobil, dan kita bakalan dikasih tiket resmi yang berbentuk kertas warna merah dan biru. Pas di pos ini saya agak lega sih ngeliat di depan saya lumayan banyak mobil yang mau masuk juga ke tempat ini. Soalnya Kampung Vietnam ini sekarang kosong ga berpenghuni, jadi saya ngebayangin kalau sepi kayanya serem juga kalau ada begal atau orang2 yang berniat jahat. Apalagi sejak masuk ke Pulau Galang ini udah sepi banget, ditambah lagi sinyal HP yang mati segan hidup ga mau. 

Setelah bayar tiket, kami masuk melewati gapura masuknya. Di sini kami menyususri jalan kecil yang udah di-aspal, dengan pepohonan yang sebenernya ga terlalu rindang. Entah kenapa begitu masuk saya langsung punya feeling kalau saya udah suudzon terhadap objek yang salah. Saya langsung lupa sama kekhawatiran saya sebelumnya tentang begal / rampok, saya malah jadi lebih takut sama yang bukan manusia, soalnya tempatnya spooky banget ToT . Kurangnya petunjuk jalan dan lampu penerangan menambah kesan spooky di area dengan luas 80 hektar ini. Padahal kami datang siang2 tapi cuaca gelap karena mendung, dan kami juga datang cuma berdua. Duh, mana mobil depan itu ko cepat banget ya majunya T_T . Walaupun sambil merinding disko kami harus tetap maju dengan hati2, soalnya banyak monyet berkeliaran, dan ga sedikit juga diantara monyet2 itu yang menyebrang jalan dengan santainya. Kalau di kota yang kaya gini udah abis diteriakin orang2 "dasar monyet!"



Gapura dan suasana jalan Kampung Vietnam


Di pertigaan pertama kami sempat bingung mau ngambil jalan yang mana. Selain mobil depan kami udah entah kemana, petunjuk jalannya juga ga terlalu jelas. Akhirnya kami memutuskan mengambil jalan yang mengarah ke sebuah bukit kecil. Di sini terdapat sebuah lapangan kecil yang di tengahnya ada gereja terbuka Ta On Duc Me yang katanya sih sering dijadikan tempat ziarah oleh para pengungsi yang baragama Katolik. Ga jauh dari gereja terbuka ini ada tempat mirip gubuk dan sebuah miniatur perahu di dalam kotak kaca dan beberapa benda yang sedang direnovasi. Sepertinya gubuk ini semacam kantor dan bengkel restorasi peninggalan2 pengungsi Vietnam dulu. Setelah foto2 sebentar kami masuk lagi ke mobil untuk ngeliat area lainnya. Ternyata di bukit ini jalannya buntu sehingga mau ga mau kami berbalik arah menuju pertigaan sebelumnya untuk mengambil jalan lain.


Gereja terbuka di atas bukit

Dari pertigaan tadi kami maju ngikutin jalan. Kayanya sih ini jalan yang benarnya, soalnya kami mulai lihat beberapa motor yang melewati kami. Di sini kita akan disambut dengan sebuah patung / tugu yang ada taman kecil di belakangnya, namanya humanity statue atau bahasa bekennya Tugu Kemanusiaan. Latar belakang dibangunnya tugu ini adalah untuk memperingati seorang pengungsi wanita yang bunuh diri setelah diperkosa oleh beberapa pengungsi laki2 sekaligus. Wanita tersebut bunuh diri persis di tempat tugu tersebut dibangun. Dengan latar belakang mengerikan itu, dengan senang hati saya melewatkan kesempatan untuk memfoto tugu tersebut.
Dari tugu kemanusiaan kami juga sempat ngelewatin kompleks pemakaman Kristen dan Budha bernama Nghia Trang Grave. Di sini terdapat ratusan makam para pengungsi yang meninggal di Pulau Galang ini. Pada masa pengungsian tersebut, angka kematiannya cukup banyak, sampai lebih dari 500 orang. Penyebabnya juga macam2, mulai dari bunuh diri karena depresi, korban kejahatan sesama pengungsi, sampai yang paling banyak adalah wabah penyakit menular Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi dari tempat asalnya. Walaupun kelihatan di area pemakaman ini ada beberapa orang yang asik foto2, kami sih lebih memilih numpang lewat aja. Saya paling ga hobi tuh foto2 di pemakaman, walaupun bentuk makamnya unik2 dan bersejarah. Takut nanti ada yang ikutan mejeng di fotonya... Hhiiii.... T_T . 

Mengikuti jalan yang lebarnya pas2an banget untuk 2 mobil, kami berhenti di Monumen Perahu. Di monumen ini dipajang perahu yang membawa para pengungsi dari Vietnam ke pulau2 di negara lain, termasuk Indonesia. Ukuran perahu kayu tersebut ga terlalu besar, tapi diisi sampai 100 orang, belum lagi perjalanan laut bisa memakan waktu berbulan-bulan. Bisa ditebak selama perjalanan banyak penumpang yang meninggal, baik karena sakit maupun kelaparan. Saya ga bisa ngebayangin deh kaya apa perjuangan para pengungsi itu untuk pergi dari negaranya, se-putus asa itu sampai mengambil resiko yang sangat besar demi bisa terhindar dari perang. 


Monumen perahu

Jalan kaki sedikit dari monumen perahu terdapat Pos Brimob yang juga berfungsi sebagai tempat tahanan (penjara) para pengungsi. Di seberang pos brimob ini terdapat eks Kantor PBB yang sekarang dijadikan mueseum sekaligus pusat pengamanan dan perawatan Sinam. Di dalam sinilah semua jejak dan rekaman sejarah para pengungsi vietnam. Bisa dibilang disini pusatnya para turis berkumpul. Disini cukup banyak dokumen dan foto2 yang dipajang, termasuk sejarah asal muasal mengapa Pulau Galang yang dipilih sebagai tempat untuk para pengungsi. Di tempat ini juga dipajang perkakas dan hasil kerajinan para pengungsi, dan peninggalan seperti data2 tentang pengungsi termasuk kartu identitas sementara. 
Cerita singkatnya tentang kampung ini adalah warga Vietnam yang mengungsi karena perang saudara di negaranya, awalnya tersebar di beberapa lokasi di pulau2 di Indonesia dan ditampung oleh warga sekitar. Tapi lama kelamaan jumlah pengungsi semakin banyak. Akhirnya Indonesia bekerja sama dengan PBB memutuskan untuk menempatkan para pengungsi di daerah yang terisolir untuk memudahkan pemantauan dan meminimalisir hal2 yang tidak diinginkan kaya penyebaran penyakit kelamin menular yang dibawa para pengungsi. Kemudian setelah keadaan di Vietnam membaik, para pengungsi ini sedikit demi sedikit dipulangkan ke negara asalnya. Kampung bekas penampungan pengungsi ini kemudian dikembalikan ke pemereintah Kepulauan Riau untuk kemudian dijadikan tempat wisata sejarah.

Eks Markas PBB yang dijadikan museum

Foto2 eks pengungsi

Penjelasan Pulau Galang sebagai Kampung Sinam

Setelah cukup lama mengikuti sejarah kampung ini, menikmati lukisan, foto2 dokumentasi reuni eks pengungsi, dan hasil karya serta perkakas yang digunakan sehari2 oleh para pengungsi, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan wisata di ek Kamp Sinam. Disini kami ngelewatin bekas beberapa Barak tempat para pengungsi tinggal, Youth Centre, dan juga bekas Rumah Sakit. Rumah Sakit disini dibangun atas bantuan dari pemerintah Australia. Sayangnya saya ga berani turun untuk ngeliat lebih dekat karena tempatnya yang udah terlantar ga keurus dan sepiiii banget. Jadi cukuplah ngeliat dari mobil aja, biar kalau ada apa2 bisa langsung tancap gas :p .
Tempat berikutnya yang kami singgahi adalah tempat ibadah Sakyamuni Sinam Galang Ky Vientu. Disini gereja dan vihara berdiri berdampingan. Kompleks rumah ibadah ini cukup lega, untuk menuju kesana kita harus melewati jembatan kecil. Masing2 tempat ibadah terdiri dari bangunan utama dan bangunan2 kecil tempat patung2 disimpan. Menurut saya bangunan tempat ibadah disini justru lebih terawat dibandingkan bangunan2 lain di area Kampung Vietnam ini.


Youth Centre

Jembatan menuju Gereja / Kapel Kampung Vietnam

Gapura Sakyamuni Sinam Galang Ky Vientu; kiri vihara, kanan gereja

Selesai foto dan melihat2 kompleks peribadahan, kami lanjut menuju arah keluar Kampung Vietnam. Persis sebelum gerbang keluar (sama dengan gerbang masuk), kami tertarik dengan Kuil Quan Am Tur yang letaknya agak naik ke bukit. Jadi sebelum keluar gerbang pembatas Kampung Vietnam, kita belok ke jalan kecil sebelah kanan (atau belok kiri kalau dari arah gerbang). Selain menikmati tempat ibadah dan patung2, kita juga bisa menikmati pemdangangan disini sambil jajan es buah. Lokasinya yang ada diatas bukit bikin kita bisa ngeliat pemandangan sekitarnya. Sayangnya bagian dalam tempat ini tidak diperbolehkan untuk difoto, karena katanya merupakan tempat suci. Ya juga sih, masa ada orang lagi ibadah main cekrak-cekrek aja...

Quan Am Tu

Ukiran naga di tangga menuju kuil

Pemandangan dari Quan Am Tu

Yang bercita2 jadi Dewa/Dewi, silakan masukkin kepalanya

Beres dari Quan Am Tu Kampung Vietnam kami memutuskan untuk menuju gerang keluar dan mengunjungi destinasi wisata lainnya. Kesimpulannya, Kmapung Vietnam ini adalah salah satu destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi kalau kita ke Batam. Apalagi kalau kita bosan dengan wisata pantai atau wisata belanja, Kampung Vietnam ini menurut saya wisata yang cukup unik dan menambah pengetahuan kita.
Berikut beberapa tips dari saya kalau mau berkunjung ke Kampung Vietnam :

  1. Usahakan datang pagi dan di musim liburan / weekend. Soalnya kalau datang menjelang sore dan bukan pas waktu libur, agak gelap dan lumayan bikin merinding. Kecuali kalau niatnya bukan wisata, tapi uji nyali.
  2. Bawa teman, jangan datang sendiri. Selain biar ga keliatan awkward, ya biar kalau ada apa2 ga susah sendirian :p
  3. Jangan lupa sarapan dulu atau bawa bekal makanan dan minuman. Saya ga liat ada restoran sih disini.
  4. Pastikan siap kendaraan (mobil / motor), soalnya ga ada Shuttle bus yang siap nganter kita keliling Kampung Vietnam. Selain itu sepanjang jalan saya juga ga liat transportasi umum menuju Pulau Galang.

Happy Holiday :)


Thursday, February 9, 2017

Batam (Part 2)

Hari kedua di Batam kami rencanakan untuk mengunjungi tempat wisata yang lokasinya agak jauh dari pusat kota Batam. Bisa dibilang kami akan sedikit keluar dari kota Batam. Setelah bermalas2an dengan bangun dan mandi agak siang, sekitar jam 10 pagi kami berangkat menuju destinasi pertama, yaitu Pulau Galang. Di perjalanan menuju Pulau Galang perut kami keroncongan karena ga sempat sarapan. Lagi2 karena masih dalam rangka Imlek, banyak rumah makan yang masih tutup. Demi bisa liburan dengan maksimal, terpaksalah kami bela2in ke daerah Batu Aji untuk sekedar mengisi perut brunch di KFC. Duh jauh2 ke Batam makannya ujung2nya fastfood juga :|
Selesai makan, kami berbalik arah menuju jalan utama Trans Balerang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau2 lain di sekitarnya. Jalan sepanjang 54 km (64 km sampai Barelang Ujung) ini dimulai dari Pulau Batam sampai Pulau Galang Baru dengan melewati 5 pulau lainnya yang dihubungkan oleh Jembatan Barelang. Jembatan Barelang merupakan singkatan dari "Batam Rempang Galang" karena menghubungkan 3 pulau besar di Kepri. Jembatan Barelang sendiri sebenarnya terdiri dari 6 buah jembatan yang menghubungkan masing2 pulau, yaitu Pulau Batam - Pulau Tonton - Pulau Nipah - Pulau Setokok - Pulau Rempang - Pulau Galang - Pulau Galang Baru. Tapi emang yang terkenal adalah Jembatan Barelang 1 atau nama resminya Jembatan Fisabilillah karena merupakan salah satu jembatan terbesar dan satu2nya jembatan yang dibuat megah diantara jembatan2 Barelang lainnya.

Karena tujuan pertama kami adalah Kampung Vietnam di Pulau Galang, kami menahan diri untuk ga berhenti dulu di Jembatan Barelang yang tersohor di Batam. Rencananya kami bakal mampir di Jembatan Barelang pas arah pulang nanti, toh pulangnya juga kita pasti lewat sini lagi karena jalur ini adalah satu2nya akses mobil menuju Pulau Galang.
Untuk menuju Pulau Galang, kami melalui jalur Trans Barelang yang melewati dua pulau kecil yaitu Pulau Tonton dan Pulau Nipah, serta pulau yang lebih besar yaitu Pulau Setokok dan Pulau Rempang dan kemudian sampailah di Pulau Galang. Jalan yang kami lalui cukup besar dan mulus. Sepanjang jalan lagi2 saya ngerasa deja vu dengan suasana di Kalimantan. Hamparan tanah merah dengan pepohonan yang ga terlalu banyak, dan beberapa daerah yang mulai dibuka untuk dibangun perumahan kelihatan gundul dan banyak alat berat. Mirip dengan suasana di salah satu lokasi di Kalimantan yang sering saya lewati.

Setelah menempuh pejalanan selama 1,5 jam dari Batam sampailah kami di Eks Kamp Sinam (Pengungsi Vietnam) atau yang dikenal juga dengan Kampung Vietnam / Galang Refugee Camp. Lokasi Kampung Vietnam ini sekitar 2,5 km dari jembatan Barelang yang ke-5. Untuk jalan masuknya ada di sebelah kiri jalan (dari arah Batam). Saya agak senang ngeliat banyak mobil yang menuju ke Kampung Vietnam ini. Maklumlah, dari sumber yang saya baca, katanya sejak ditinggalkan para pengungsi yang udah kembali ke negara asalnya, tempat ini menjadi ga berpenghuni. Mengingat tempatnya lumayan luas dan banyak bangunan yang udah ga dihuni, agak serem juga kalau terlalu sepi. Dan kalau ada apa2 sama mobil rental yang kami pakai, repot juga kalau ga ada yang bisa dimintain tolong, apalagi kami cuma berdua dan di daerah tersebut susah sinyal. Baru kali ini mau ke tempat wisata seneng kalau banyak pengunjung :| . Untuk cerita di Kampung Vietnam akan saya tulis di postingan terpisah aja kali ya biar ga terlalu panjang :D .

Setelah cukup lama keliling di Kampung Vietnam, kami lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Pantai Mirota. Sebenernya di Kepri ini bertebaran pantai dimana2. Saking banyaknya, rasanya agak sulit kalau mau dijabanin semuanya. Ya iyalah ya, namanya juga kepulauan, udah pasti dikelilingi pantai. Kami memutuskan ke pantai Mirota karena pasirnya yang putih dan lokasinya yang ga jauh dari Kampung Vietnam. Lokasinya ga sampai 1 km dari jembatan Barelang ke-5, atau 1,5 km sebelum Kampung Vietnam. Sebenernya sih sebelum ke Kampung Vietnam ini ngelewatin Pantai Mirota, cuma karena kami datang pas siang bolong, jadi kami memutuskan ke Kampung Vietnam dulu biar pas di pantai ga terlalu terik. Lagipula ngeri juga sih kalau ke Kampung Vietnam pas udah gelap, nanti makin sepi :| .

Untuk masuk Pantai Mirota kita dikenakan biaya Rp 10.000/orang. Pantai Mirota ini sebenernya ga terlalu panjang karena kehalang batu karang yang besar, tapi pantai ini cukup ramai. Walaupun garis pantainya ga terlalu luas, tapi pasirnya lumayan dalam. Pasirnya yang putih dengan butiran pasir agak besar ini bikin saya berasa jalan di tumpukan tepung roti panko :D . Di pantai ini banyak orang2 yang berenang, sekedar duduk2 sambil piknik, mengubur diri di pasirnya, bahkan ada acara perkumpulan segala lengkap dengan backsound dangdut. Di sini juga kita bisa menikmati Banana boat atau memancing di dermaga kecilnya. Buat yang mau berenang disini juga disediain kamar mandi dan toilet. Untuk yang mau duduk2 sambil piknik juga disediain saung2 di pinggir pantai, atau bisa juga sekedar duduk2 cantik di batu karang.


Jalan masuk menuju Pantai Mirota dari Jl. Trans Barelang

Pantai Mirota

Butiran pasir Pantai Mirota

Di pantai Mirota kami hanya sempat foto2 sebentar sekalian basahin kaki dan duduk2 sambil minum teh kemasan. Dari pantai Mirota kami balik ke arah Pulau Batam untuk ngeliat lebih dekat jembatan Barelang 1 yang sempet tertunda :D . Setelah melewati jembatan Barelang2 lainnya, sampailah kami di jembatan Barelang "beneran", jembatan Barelang 1. Setiap lewat jembatan ini selalu macet, bukan salah jembatan atau jalannya sih, tapi macet karena banyak yang parkir gitu aja di sekitar jembatan, baik sebelum, sesudah, atau malah di sepanjang jembatan. Padahal jelas2 ada letter "S" atau dilarang Stop di sepanjang jembatan. Parahnya lagi, yang parkir ini kadang juga ga minggir2 amat, jadi parkirnya agak tengah jalan. Untung jalan di Batam lebar2, jadi walaupun banyak yang parkir agak tengah tapi jalannya masih berasa lega. Sebagai bentuk conformity, akhirnya kamipun ikutan parkir di jajaran mobil2 yang ada di ujung jembatan #ngeles :p . Setelah parkir, kami jalan dikit menyusuri warung2 yang jualan jagung bakar di ujung jembatan, untuk melihat jembatan Barelang lebih dekat.
Jembatan Barelang 1 ini emang kelihatan bagus dan megah dengan 2 tiang utama sebagai pondasi dan kabel2 besar yang menjangkau sepanjang jembatan. Jembatan ini mengingatkan saya dengan jembatan2 lainnya di Indonesia dengan konsep tiang beton dan kabel2. Entah kenapa kebanyakan jembatan yang pernah saya lewatin di Indonesia kebanyakan dibuat dengan model begitu. Sampai sempat kepikiran jangan2 di Indonesia ni ada SOP-nya kalau bangun jembatan harus begitu, hehehe... Padahal bisa jadi dibuat kaya gitu untuk alasan kemananan supaya sanggup menahan beban jembatan ^_^" .


Jalan Trans Barelang

Jembatan Barelang "lainnya"

Jembatan Barelang 1

Ga kerasa kami jalan2 dan foto2 sampai sore dan perut keroncongan. Karena sebelumnya makan siangnya agak awal, jadinya lebih cepat lapar juga, apalagi dibawa jalan2, rasanya ayam KFC yang kami makan udah habis dipakai jalan. Awalnya pasangan saya sempat nawarin untuk nyoba makanan khas Kepri selain mie tarempa, yaitu Gong-gong, sejenis siput laut. Kalau dari ceritanya sih, mirip tutut tapi lebih besar, dan bentuknya persis siput, dengan cangkang dan ada kaya selaput mirip kaki dan antenna. Eeewwwww... Saya ngebayanginnya jijik banget dan ga tertarik untuk nyoba, cukup dengar cerita dan liat fotonya aja T_T . 
Akhirnya kami memutuskan makan seafood biasa aja. Kami makan di Barelang Seafood Resto yang lokasinya tepat di bawah jembatan Barelang. Di sini kami pesan cumi asam manis dan udang goreng mentega. Rasanya sih biasa banget, cuma menang pemandangan aja karena sambil makan bisa lihat jembatan Barelang. Walaupun makanan di sini rasanya biasa banget, tapi kami ga ngerasa rugi karena porsinya yang banyak dan murah. Kami pesan udang dan cumi masing2 1 porsi ternyata dapatnya banyak, masing2 sekitar 3 ons. Apalagi kami makan cuma berdua, pulang dari sini beneran kenyang bego. Untuk harganya, ditambah nasi untuk 2 orang dan 2 gelas es teh manis kami bayar seharga Rp 164.000 aja. Lumayan murah untuk makanan di tempat wisata yang menjual pemandangan :D .


Gong-gong, makanan khas Batam. Berani coba?

Pemandangan dari Barelang Seafood Resto

Menjelang malam kami memutuskan kembali ke pusat kota. Kami memilih nongkrong cantik di Nagoya Hill sambil menunggu jam2an mobil yang kami sewa habis, apalagi besoknya pasangan saya harus bekerja dan saya juga berencana menyebrang ke Singapura :D . Nagoya Hill salah satu tempat yang cukup ikonik di Batam. Walaupun tempatnya ga terlalu luas, tapi cukup ramai pengunjung. Di sini kami ga berlama2, hanya nongkrong sebentar di j.co sambil ngopi dan janjian sama pemilik mobil. Kemudian kamipun pulang ke kost-an jalan kaki sambil menikmati Batam di malam hari.


Nagoya Hill

Kesimpulan dari jalan2 saya ini... Menurut saya Batam adalah kota yang cukup menyenangkan, apalagi selama saya jalan2 di sana didukung oleh cuaca yang mendung tapi jarang hujan, lumayan kan jadinya pas jalan2 ga kepanasan :D . Untuk orang2nya sendiri cukup ramah, lebih ramah daripada waktu saya jalan2 ke Sumatera Utara. Jalan2 dan infrastruktur di kotanya juga oke, jalannya besar2 dan mulus, sayangnya banyak pengendara yang "slonong boy" alias kalau belok langsung nyelonong. Jadinya kudu ati2 kalau bawa kendaraan di sana. Yang ajaib dari Batam adalah di sana banyak banget ruko! Walaupun banyak banget ruko2 yang sepi, tapi sejauh mata memandang, dimana2 ada ruko. Saking banyaknya, mungkin kalau ruko2 itu keisi semua, bisa2 keluarga di Batam masing2 punya 1 ruko :| . 
Yang ajaib juga adalah entah kenapa mereka kalau parkir seringnya di sebelah kanan jalan. Kebayang ga sih kalau mau ke toko gitu, kita parkir di kanan jalan, trus abis parkir masih harus nyebrang. Kalau mau parkir pinggir jalan, kenapa ga sebelah kiri sekalian biar ga cape2 nyebrang lagi :| . Awal2 yang parkir sebelah kanan jalan ini lumayan bikin kagok untuk kita yang biasa pakai lajur kanan sebagai jalur cepat. Kemudian untuk kendaraan umum, saya jarang banget liat angkot kaya di Jawa. Angkutan umum modelnya seperti elf / L300 gitu, dan ga mencolok kaya di Bandung atau Jakarta. Untungnya di sana udah ada Gojek, jadi kemana2 gampang. Taksi pun udah ada Blue Bird
Untuk oleh2, yang terkenal adalah Kek (cake) Pisang merk Villa. Variasi dari kue ini udah lumayan banyak, mulai dari original, topping cokelat, maupun kombinasi dengan buah naga. Rasanya sih sebenernya mirip bolu pisang di Bandung, jadi saya lebih miih beli oleh2 pas nyebrang ke Singapura :p .

Sewaktu pulang dari Batam, di bandara Hang Nadim lagi2 saya mengalami insiden toilet. Di terminal keberangkatan toiletnya udah lebih modern daripada toilet di bagian kedatangan, cuma pintu toiletnya ga ada kuncinya :| . Jadilah saya ngajak seorang ibu2 untuk memberdayakan girl power dengan cara kerjasama saling jagain. Toilet umum termewah yang pernah saya cobain adalah toliet di salah satu masjid di daerah Nagoya. Tempat wudhu, kamar mandi dan toiletnya lebih mewah dari kamar mandi di rumah saya, dan yang pasti bersih banget. Toilet di pelabuhan ferry di Batam Centre juga bagus, bersih dan nyaman. Cuma di bandara aja saya apes soal toilet. Entah ada apalah ini antara saya dan Hang Nadim :| .

End.